Laman

Kamis, 19 April 2012

PASIEN PERTAMA

Cipt. Audij

dr. Zul, membuka praktek di rumahnya. Baru pertamakali ia memberanikan diri membuka praktek kedokteran, padahal pengalaman di bidang medis masih terbilang amatir. Setelah 15 hari vakum, kali ini ada pasien pertama datang ke rumah prakteknya. dr. Zul jadi senang campur gugup, dengan cara jalannya yang percaya diri ia langsung menemui pasien itu.

“Permisi.. apakah disini tempat praktek dokter? kata temanku disini bagus buat ngobatin penyakit looh hehehehe..” Katanya yang sembari nyengir.

Dilihat dari fisiknya, dia terlihat bodoh. Pasien itu tidak tahu kalau dia yang pertama kali datang. Namun dr. Zul tetap tenang dan mempersilahkan dia masuk.
“Silahkan duduk pak..” sapa Zul.
“Snif.. snif…”
“Kita mulai saja ya pak. Jadi keluhan anda apa pak? Flu? Pilek?”
“Anu, bukan itu pak dokter, dari semalam hidung saya cuma mampet sampai sekarang. Jadi kalau nafas susah lewat hidung. Akhirnya saya nafas lewat mulut dok. Bisa repot kan kalau sambil makan atau ngomong hehehehehe…” kata pasien itu.

dr. Zul mengerenyit dahi mendengar keluhan yang sepele itu, lantas ia berusaha tersenyum dan menjawab, “Ooh jadi cuma itu, tenang nanti saya ambilkan obatnya..”

“Terimakasih ya dok heheheehehehehehe…”

Beberapa menit kemudian, dr. Zul memberikan sebuah balsam dalam bentuk stik yang khusus bagi yang hidungnya mampat. “Coba bapak sedot ini dengan hidung yang mampat.” Perintahnya. Pasien itu tanpa babibu langsung mengikuti aturannya “Sroooooot!!”, setelah itu sembuhlah dia dari penyakitnya.

Pasien itu senang dan puas dari sistem pengobatannya. “hahaha makasih pak dokter! Kalau terus – terusan mampat, bisa kering ni jigong hehehehehehe.”. Dokter Zul menganggut dengan senyuman yang samar – samar sekali – kali menggaruk kepala karena bingung. “Jadi biayanya berapa pak dokter?” katanya dengan riang. “Seikhlasnya aja pak.” Jawab dr, Zul pelan sembari mengusap keringat didahi

“ya sudah ini Rp2000 buat uang rokok, hehehehehehe suskses ya dok! Hehehehe ”

Dengan langkah panjang, orang yang telah sembuh itu bernyanyi – nyanyi gembira. Diruang prakteknya, dr. Zul dari tatapan kosong memegang stik balsam seraya berkata dalam hati “Betapa mudahnya menolong dia”. Walaupun begitu, ini bukan soal, yang penting dia sudah melakukan pekerjaan dokter yakni mengobati orang yang sakit dan tetap bangga dengan itu. itulah dr Zul!

Sabtu, 14 April 2012

Misi Berhasil, Misi Gagal

Suatu peristiwa ST mengirim barang bawaan dengan kendaraan truk tua yang setia mengarungi jalanan selama 20 tahun. Seperti biasa didalamnya ada beberapa botol minuman yang akan dikirim ke toko – toko atau warung sekitar.

Ditengah jalan suasana cukup heboh. Sirine meraung tanda polisi sibuk mengejar penjahat. Sang penjahat dikejar karena menembak seseorang. Ia lari mengendarai motor rampasan. Hingga terjadi tabrakan, dan motor itu rusak. Penjahat lalu berlari dan meraih badan truk yang dikendarai ST.

Dalam keadaan panik, ST membelok menuking tajam kanan – kiri menghindari tembakan polisi sekaligus menjatuhkan penjahat yang merepotkan itu. Suasana semakin tegang ketika penjahat meraih telinga pintu truk, tiba – tiba badannya masuk melalui jendela truk.

Sambil menunjukkan identitas diri bahwa ia adalah seorang detektif, si penjahat lalu menodongkan pistol ke ST. Supir truk pun yang kesal karena membutuhkan truk juga, mau tak mau melawan. Tangan penjahat yang memegang pistol dipelintir dan dimasukkan ke lubang setir. ST yang berbadan besar dengan mudah menaklukan si penjahat itu.

Diruang introgasi, tanpa disadari ternyata penjahatnya adalah seorang agen rahasia. Tetapi ini belum berakhir. Tanpa sengaja seorang polisi yang iseng mencubit pipi penjahat itu. Kemudian sesuatu yang sangat mengejutkan! Kulit tiruan robek, akibatnya ketahuan juga bahwa ia adalah orang asing bekerja sebagai agen rahasia yang sudah lama memata – matai Negara ini. Misi gagal.

Akhirnya ST yang terburu – buru setelah menjadi saksi, walau agak terlambat ia mengantarkan kiriman itu ke warung atau took sekitar. Misi berhasil.

Senin, 09 April 2012

Soal karakter, aku pilih Komik

Aku suka membuat komik. Karena dengan komik aku bebas menggambar karakter apapun. Mereka hanyalah bidak yang menuruti tuannya. Tak ada protes dari raut wajah mereka. Jika dibandingkan film, komik lebih mudah kalau soal karakter, ya tinggal gambar.

Kalau dibandingkan novel, karakter hanya bisa dideskripsikan oleh kata - kata, seolah pembaca antar pembaca yang lain pasti beda menggambarkan karakter itu. Walaupun sedetail - detailnya karakter yang dijelaskan dalam novel. Selain itu aku lebih suka menggambar daripada merangkai kata - kata.

Sekali pembaca melihat karakter komik, maka pembaca antar pembaca lain pasti merekam karakter sejenis yang ada diotak mereka. Kalaupun sutradara memfilmkan dari komik, pastinya rancangan karakter tinggal dilihat saja.Itulah mengapa aku memilih komik.