By Audij
“drrrrttt tetetetetetet!”
“Phiuuw!”
“Booom!!”
“Fhoooonngg!! Duar! Duar!
Bom! Duar!
“terrrrrrkkkkkk… klung!
Fhoh! Duar!”
“Aaarrghhh!!”
“Medis!!”
Begitulah suasana perang dua kubu yang berlokasi dalam hutan sebagai
perbatasan wilayah dua negara itu. Mereka berperang memperebutkan daerah
terotorial yang strategis. Terjadi kekeliruan diantara peta mereka, dimana
saling klaim bahwa inilah SDA mereka. sebut saja kedua negara itu Namaga dan
Namjulan.
Tentara – tentara disana
saling menembak sasaran maupun semak – semak kosong yang diduga persembunyian
musuh. Pesta meriah itu memakan korban tak sedikit. Sangat beragam jenis
kematiannya, yakni mati karena tertembak organ vital, mati massal kena lemparan
granat, dan lebih parah lagi mati kepalanya pecah hingga otak dan gigi
berceceran ditembak shotgun berdaya kuat. Perangkat perang Namaga lebih lengkap
daripada Namjulam. Maka dari itu Namaga sangat cepat mendominasi pos – pos
milik Namjulan.
“Medis!!” teriak serdadu Namjulan
yang sedang mengikat tangan rekannya agar aliran darah berhenti. Di lain tempat
pasukan Namaga masuk terus merangsek memukul mundur pasukan Namjulan. “Hiii
haa!!” jerit seorang sersan tentara Namaga setelah berhasil menembak beberapa
musuh yang tak lama lehernya tertembak dari jauh oleh sniper. “Sersan!! Sersan!
Medis!!”. Serdadu itu menggotong badan komandannya yang terengah – engah lalu
mati ditengah perjalanan. Untuk kali ini tentara Namaga berhasil menguasai
beberapa pos milik Namjulan.
Suara bising dibalik pohon
– pohon membuang burung – burung bertebaran. Beberapa hewan lari berantakan tak
tentu arah mencari perlindungan. Ada rombongan babi terperosok kedalam parit
yang dibuat tentara Namjulan. Dan banyak sekali binatang – binatang terkena
ranjau buatan Namaga hingga badannya pecah berkoyak menjadi terpotong – potong
serta jeroan yang berceceran. Asap, api, dan mayat mendadani hutan yang tadinya
hijau nan tenang. Perilaku kedua pihak
menyerang membabi buta seolah mereka lupa apa itu manusia beradab.
Selain binatang yang
disana, kondisi ini juga mengganggu pemukiman suku pedalaman. Seolah mereka
ingin menghentikan peperangan itu. Namun siapa sangka, dibalik suasana yang
mengganggu pemukiman mereka justru mendatangkan rejeki nomplok. Para suku itu
yang juga kanibal selalu menggotong mayat – mayat serdadu yang gugur untuk disantap.
Tak ada mayat yang tersisa di tanah itu, hanya tetesan – tetesan darah yang
bercecer dan semakin samar – samar menjadi tetes – tetes jarang lalu
menghilang. Dengan nyanyian khasnya para kanibal menggotong satu atau dua mayat
dalam satu bilah bambu.
Disisi lain, pasukan
Namaga meminta bantuan, yang pihaknya mati secara massal ditembak senapan mesin
gatling “Trrrrrtatatatatat” “wooo hoooo!!” teriak penembak itu. Korban yang
dibantai layaknya nyamuk – nyamuk disemprot obat serangga. Beberapa menit
kemudian, datanglah barisan tank menembaki si pembantai itu. “Trrrrkkk…”
barisan tank dan panzer berjalan perlahan, stabil dan merontok pohon sekitar.
“ngggiiiiiiik!” moncong menuju arah jam 3 lalu mengunci target dan “Fhoh!
Duar!!” sekali tembak menghancurkan barisan senapan gatling didepannya serta
menewaskan para pembantai. Pasukan Namjulan lari terkencing – kencing terpisah dari
rombongan. Informan sekarat digotong oleh para ahli medis. Mereka mengobati
serdadu yang terluka secara sembunyi – sembunyi. Serbuk obat ditebarkan ke
betis informan itu yang penuh darah segar mengucur deras. Kemudian ditutup
dengan kain.
Tak jauh disitu, pemegang
bazooka memanjat pohon melindunginya dari tank dan panzer. “Trrrrrkkkkkkk…”suara
berasal arah berjauhan, kendaraan ganas
terus mengincar pasukan yang tersisa. Langsung saja bazooka diberi mesiu, dan
menembak dari barisan yang paling belakang. “Phiiiwwwwww boom!!” satu tembakan
terkena salah satu tank terbelakang hingga barisan menjadi berantakan. Ada lagi
seorang serdadu nekat memasang bom TMT kebadan salah satu tank. Sekian detik
kemudian usai memasang, serdadu lari dan berlindung “Duarr!!” badan tank pecah
berkeping – keping sampai yang tersisa hanyalah rongsokan berasap hitam dan
potongan badan serta jeroan operator tank.
Pasukan Namjulan semakin
melemah akibat serangan tank bertubi – tubi. Terpaksa para medis meninggalkan
informan lalu ikut mengangkat senjata menembak tentara Namaga yang luar biasa
banyak. beberapa saat kemudian datanglah tank Namjulan untuk mengimbangi
kekuatan. Para ahli medis merasa aman dan kembali membawa informan tadi. Namun,
sekilas mata memandang, para ahli medis kehilangan pasien yang sudah keburu
digotong suku kanibal disana.
Dalam hutan yang lebat dan
gelap, para serdadu beserta saorang jendral Namjulan berjalan hati – hati
menghindari ranjau. Disisi lain jauh dari lokasi itu, ada penembak jitu atau
disebut sniper, mengeker arah ke kepala Jendral itu. “Door!! phiiiw!” “jeb!
Bruiiighs!” tepat pelor menancap kepala jendral dan hancur bagai semangka pecah
dipukul godam. Sekumpulan tentara jadi kaget dan mengambil posisi siap
menyerang. Beberapa dari mereka menginjak ranjau “Booom!!!” anggota badan
terpotong – potong berisi darah serta jeroan. Peristiwa itu disambut oleh para
suku kanibal yang mengambil bagian – bagian tubuh para serdadu berceceran untuk
disantap saat menggelar pesta.
Belum lagi diudara, untuk
mengantisipasi datangnya pesawat pengebom, pesawat penembak Namaga mondar –
mandir diudara. Ada juga beberapa pesawat menembak mati tentara Namjulan yang
tersisa. “Phiww! Phiww! Phiww! Boom!! Duar!!”. Ledakan beruntun menewaskan
tentara Namaga maupun beberapa suku kanibal dibawahnya. Pesawat pengebom
Namjulan berdatangan dari Selatan. Perang udara terjadi, pesawat Namaga terbang
memotong lintasan dan berhasil menembak beberapa pesawat pengebom. Dibalas lagi
tembakan pesawat dari Namjulan. Peperangan semakin sengit. Satu pesawat Namaga jatuh
terpesorok ke pusat pemukiman suku pedalaman ini. Akhir perang udara itu
dimenangkan lagi oleh Namaga. Tapi terlambat, mayat – mayat serdadu Namaga
sudah banyak bergeletakkan akibat bom dari pesawat Namjulan. Sisanya lari kocar
– kacir entah kemana. Kali ini tentara Namaga lah berperang melawan pasukan
kanibal ganas. Satu – persatu tewas terkena panah beracun. Begitu juga dengan
sniper Namaga yang mati duluan terkena panah ketika mengeker para suku ganas.
Di pusat pemukiman, para
suku kanibal penasaran dengan kehadiran burung besar itu. mereka tidak bisa
menggigit tubuhnya karena terbuat dari baja. Yang lebih aneh lagi otaknya
berbentuk seperti manusia (Pilot pesawat Namaga). Akhirnya para kanibal
menggotongnya menuju kerangkeng.
Perang masih belum usai, masih banyak tank –
tank berkeliaran dan pesawat mondar – mandir diudara. Suku kanibal yang masih
punya ambisi lapar, memanah dan menombak satu tank berkali – kali. Tapi tidak
mempan, dibalaslah satu tembakan “Duar!!”. Sebagian mati dan yang lain lari
kocar – kacir menghindari tank yang kian mengganas. Demikian dengan pesawat,
tidak mempan dipanah maupun dilempar katapel besar, dibalas tembakan beruntun dengan
bonus bom “trrrrrrrrrrrtatatatat! Phiw… Boom! Duar!!”. Para suku kanibal mati
dengan korban lebih banyak. untuk sementara suku pedalaman itu mundur dari
pertempuran dan berunding di pusat pemukiman.
Hasilnya mereka punya akal
untuk mengalahkan kedua jenis mesin ganas itu. Para kanibal memasang terpal
tali putri dibalik jurang. Sementara itu, mereka memasang tali tambang ditiap
anak panah.
Perang dimulai dihari
kedua, para suku kanibal membiarkan kedua pihak berperang, setelah itu yang
menang mereka habisi. Disitu beberapa tank Namaga tersisa dipancing suku kanibal
menuju terpal. “Ayo kita bermain – main!” kata salah satu operator tank. Sampai
diterpal, suku ganas masuk dan bergelayutan dibalik itu, sedangkan beberapa
tank yang mengejar satu – persatu terperosok kedalam jurang lalu hancur
berkeping – keeping. Pada perang udara, beberapa suku ganas memanah baling –
baling pasawat yang tersisa, lalu ramai – ramai menarik jatuh pesawat perang
yang kusut baling – balingnya akibat kena tambang. Tak ada pihak yang menang
dari peperangan itu, kecuali suku ganas si penjaga alam.
Malam itu mereka berpesta,
menggotong mayat – mayat serdadu untuk dimasak. Dalam satu panci terdapat dua
tentara hidup yang sadar dari pingsannya. Mereka berasal dari dua negara yang
bertikai tadi. Awalnya mereka berdua menikmati air hangat didalam bak.
“Zzh dmzjmxb adqdmczk
chrhmr…(Aah enaknya berendam disini)” kata pilot Namaga.
“Joj ejb bjs ibohbu zboh
lvuvohhv – uvohhv! (ini dia air hangat yang kutunggu – tunggu!)” sambung
informan Namjulan.
Tiba – tiba pilot itu
kaget karena sadar kehadiran musuh disampingnya. “Are you Namjulanesh!? (Apa
kau orang Namjulan)” tanya pilot itu. “Yes.. “ jawabnya singkat sembari melihat
sekilas si penanya itu. Beberapa saat informan itu kaget ada tentara Namaga
disisi kirinya. Tiba – tiba informan Namjulan mencekik leher pilot Namagan
sembari berteriak “Hey! Namagan!! I’ll kill you!!”. Informan itu terus mencekik
dan menenggelamkan kepala pilot ke dalam air hangat yang semakin panas. Tetapi pilot
Namaga berhasil berkelit lalu mengunci informan itu sembari berkata “No matter
we are Namagan or Namjulanesh, we are brother! More than 400 years ago our kingdom
colonized by two colonial states. Until our got independent, we built two different countries . And now, we are war for fuckin trivial problem
(teriority area)!” kata
pilot itu panjang lebar, kebetulan ia tahu tentang sejarah negerinya yang hilang.
Informan hanya menatap
seolah tak percaya. Air semakin panas menjadi 800 celcius, mereka
kepanasan. Kedua tentara itu sadar akan direbus, dari telepati persaudaraan mereka
akhirnya bekerja sama berusaha keluar dari panci itu, namun tidak berhasil.
Kini takdir kematian menanti mereka. “Did you know who are they?” sambung pilot
itu sembari menunjuk para suku kanibal. “Yes, I know, they are cannibals..”
jawab Informan. “No, they are also our brother! We are one ancestor.”kata pilot dengan nada semangat tinggi.
“why they want to kill us?” Tanya informan. “maybe the are forget the history
too..” Jawab pilot itu dengan nada pelan. Tak lama kemudian para kanibal itu
tahu bahwa makanan yang direbus masih hidup. Mereka kemudian memanah dan
menombak kedua serdadu hingga mati. Dan menutup panci rebusan agar makanan
cepat matang.