Cipt. Audij
Cerita ini kubuat pada awal masuk SMA (2008). Terobsesi dengan “Killer Instinct” yang dibintang Rob Bredl. Walau demikian, kisah tersebut hanya menampilkan tentang Tatang sebagai pawang komodo. Berikut ceritanya;
Tatang lulus sekolah pariwisata. Dia berlari mengambil langkah panjang, melompati barisan tiang. Orang tuanya telah berhasil mendesak Tatang menjadi pegawai daripada pemain gulat. Walaupun begitu Tatang masih belum kehilangan hobi bermain gulat.
Sejak kecil, Tatang senang bermain gulat. Karung seberat 50kg pun dibanting dengan mudah. Pernah mengganti kasur 3 kali karena kesenangannya bermain gulat. Dan pada usia 16 tahun, Tatang sudah bisa bersaing dengan pamannya, juara atlet gulat amatir.
Sekitar 20 tahun kemudian, dari tubuhnya yang masih gagah setinggi 175 cm, dan beratnya 110 kg. Badan besar itu membuat anak – anak menjadi takut. Profesinya beralih menjadi pawang komodo yang awalnya sebagai pemandu wisata.
“Aduh, aduh kenapa aku jadi begini?” keluh Tatang
“Mereka tak setuju aku jadi pegulat, tetapi aku suka bergulat! Apa salahnya bergulat? Waduh…” Imbuhnya.
Betapa malangnya nasib Tatang, sambil memberi makan komodo Tatang merenung. Hancur harapan menjadi pegulat. Tiba – tiba Sony, rekan Tatang datang dan mengajaknya kekantor pusat.
“Tang! Tatang!” teriak Sony
“Ada apa Son?” jawab Tatang
“ Tang, kita dipanggil kantor pusat! Penting ini” kata Sony terengah – engah. Tatang yang masih bingung dengan Sony langsung bertanya “memangnya kenapa?”.
“Gini Tang, Minggu depan mau ada perayaan ulang tahun kebun binatang, dan kita rapat berkumpul disana.” Kata Sony. “Ayo! Ayo! Pasti seru tuh!” Ajak Tatang.
Seminggu kemudian dari perencanaan yang matang, ulang tahun kebun binatang dirayakan sangat meriah. Ada atraksi binatang, sirkus, foto bareng binatang dan lain – lain. Tatang senang karena anak – anak tidak takut lagi dengannya. “Menjadi badut itu menyenangkan!” tutur Tatang. Dari kostum beruang yang lucu, baru pertama kali Tatang menikmati acara tahunan itu, dibanding tahun – tahun sebelumnya yakni menjadi petugas keamanan yang mesti garang. Saat yang menjadi paling istimewa selama di kebun binatang.
Hari - hari berikutnya, Tatang kembali seperti biasa, yakni mengambil ember berisi potongan – potongan daging dari dapur dan menuju kandang komodo. Ditengah perjalanan, ada seekor ular Phyton lepas dari kandang mengejar anak kecil penjual permen. Tatang menyusul, namun terlambat karena kaki anak itu baru dililit ulat Phyton. Semua orang sekitar kaget melihat adegan itu. Tatang dengan siaga masuk diantara kerumunan.
Ular Phyton itu sangat besar, panjangnya 10 meter, kepalanya sebesar telapak tangan, dan perutnya sepaha orang dewasa. Dengan mudah Tatang menarik Ular Phyton itu layaknya menarik tambang. Setelah lilitannya lepas dari badan anak itu, ular Phyton melilit Tatang hingga tak berkutik. Badan setinggi 175 cm jatuh. Lilitan Phyton yang amat kencang membuat Tatang sesak napas. Dari teknik tersendiri, Tatang berhasil melepaskan diri dan menaklukan ular Phyton itu. Kepalanya ia bungkus dengan karung lalu dikembalikan kekandangnya oleh pawang ular Phyton. Saking beratnya Phyton itu, badannya bisa digotong tiga orang.
Sambil tersenyum bangga, Tatang kembali mengambil ember berisi daging untuk ia berikan ke komodo. Biasanya saat Tatang masuk kekandang komodo ia berbaur dan bermain dengan kawanan komodo. Para wartawan yang mencari Tatang langsung memotretnya ketika Tatang dikandang komodo. Aksinya yang selalu menarik perhatian akhirnya menjadi sebuah acara tentang Tantang si pawang. Dimana petualangan Tatang ke hutan – hutan untuk menangkap ular, buaya, macan, burung, dan hewan – hewan lainnya kemudian bermain dan menjelaskan binatang itu lalu dilepas lagi. Tatang memang senang bergulat, namun acara itu sepertinya cocok bagi Tatang kenekatan menaklukan seperti buaya dan banteng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar