Laman

Selasa, 13 Mei 2025

Aku tak se-kreatif diriku yang dulu

 

Aku tercengang ketika membaca tulisan jurnal yang kutulis saat umur 18-22 tahun. Media sosial yang sering aku kunjungi saat itu adalah Facebook, Youtube, dan Kaskus. Aku jarang mampir ke Twitter, lebih sering ke Tumblr malah.

Aku jarang menulis blog saat diatas umur 22 karena tak ada inspirasi, bahkan tak sama sekali. Aku tak begitu minat membaca buku di masa muda. TV, lirik lagu favorit, buku, artikel koran, kaskus.us adalah media paling menginspirasi diriku.

Facebook hanya bercanda online sama teman, dan silahturahmi sama teman lama dan kerabat jauh. Youtube hanya suka menonton video klip musik dan video receh jenaka tapi wajar, genZ pasti naik pitam dengan leletnya YouTube jaman dulu (2006-2011).

Asal kau tahu, aku sering kali offline didepan laptop karena bisa jenuh dengan online jaman dulu. Saat offline, selain nonton, dan main game, aku cenderung menulis bebas yang ujungnya jadi lirik, puisi, dan cerpen. Selalu ada ruang untuk kreatif.

Coba sekarang, video-video pendek tolol yang dibawakan Tik-Tok sebagai pionir ditiru Youtube, Instagram, Facebook. Kita tak bakal jenuh. Kita malah kuat berjam-jam menonton sampah itu. Aku juga khawatir sama keponakanku tapi masih bingung berbuat apa selain mengajak main dan menggambar sebagai pengalihan. Kalau sampah itu memenuhi otak kita, kita tak diberi nafas untuk kreatif.

Untung aku lulus kuliah tahun 2018, belum kepikiran sama tiktok. Tahun 2019 tiktok mulai populer didominasi video joget-joget norak dan lipsing ga jelas. Bisa dibayangkan disaat jenuh kerjain skripsi, aku malah asyik tiktokan sampai tak sempat kejar waktu buat selesaikan materi persentasi termasuk kolokium.

Aku tipe mahasiswa power kepepet, dua atau sehari sebelum persentasi daripada bosan ya sibuk selesaikan skripsi mondar-mandir fotokopian, ketemu dosen pembimbing, ngedit di komputer perpus. Wara-wiri seharian 5-8 jam setara dengan nonton video pendek yang dirasa kurang. Aku yang masa muda banget adalah tipe pantang menyerah. Kuharap aku bisa seperti itu dimasa lalu, bahkan lebih kuat.

Kini aku memiliki motivasi membaca lebih rajin, olahraga+diet, dan dopamin detox. Tujuannya aku ingin lebih kreatif dan tahan banting daripada diriku di masa lalu. Barangkali aku punya power di masa muda "Kepepet".
   

Audij

27 Desember 2023

AWASI PROSESNYA

 

        Jika ingin meraih mimpi, lakukan prosesnya dan yang lebih penting awasi prosesnya. Proses meraih mimpi harus konsisten. Awasi prosesnya dan jadilah keras kepala dari bisikan pengecut. Rasa ragu selalu beriringan dengan rasa belum tahu. Kita seolah berada di jalanan gelap dan tersesat. Cari tahu caranya! Kita coba satu persatu.

        Awasi prosesnya, awasi perkembangannya. Seperti apa prosesnya, apakah prosesnya sudah benar? Awasi perkembangannya. Bagaimana perkembangan prosesnya? Kita manusia tempatnya salah dan lupa. Pelupa tiba-tiba memikirkan ide baru, tiba-tiba melanjutkan ide lama, tiba-tiba bingung.

        Ini adalah proses tanpa pengawasan. Kita tak tahu akan ada kesibukan tak masuk akal di esok hari seperti memperbaiki pintu rusak. Akan ada perbuatan bodoh di esok hari seperti menamatkan tontonan serial baru. Kita tak pernah tahu akan ada kejadian mendadak di detik-detik kedepan. Siapa yang tahu? Awasi, awasi, awasi prosesnya. Awasi perkembangannya.
                                                                                

Audij

Tangsel, Senin, 12 Mei 2025, 13:47 WIB

Senin, 04 November 2019

JENGGOT



Pertama kali miara jenggot akhir tahun 2012. Jenggot model tengah, kuliahku memang lancar walau mata kuliah penentu masuk mayor ngulang. Tanda-tanda kesialan mulai terjadi seperti kehilangan sepupu, dan konflik keluarga. Awal tahun 2013 aku terus pelihara jenggot, dan aktif dalam kepanitiaan kampus. Kami sempat pindah rumah dan ngontrak di tempat sempit. Aku sempat dapat saran dari teman-teman untuk mencukur jenggot. Akhirnya aku mencukur jenggot dan mengalami momen indah saat eskursi di Bali dan masih bisa mengambil mata kuliah mayor, walau masih tinggal di kontrakan kecil. Aku sempat berfoto dengan dosen kukagumi saat jenggot dicukur. Sungguh hoki yang tak terduga. 

Aku lanjut memelihara jenggot, aku tinggal di kost-an dekat kampus pada akhir 2013. Disana aku merasa sial. Malas kuliah, nilai mayor jeblok, terjebak galau gak penting. Awal tahun 2014, aku tak lulus mata kuliah mayor dan harus cuti pula. Sepanjang 2014 aku mengalami gap year serta jenggot yang menggantung. Kami pindah ke kontrakan lebih baik di daerah Ciledug sejak akhir 2013, saat itu aku memilih ngekost aja dekat kampus. Hingga pertengahan 2014, aku kembali kerumah semula sejak dua tahun lalu. Awal 2015 aku mencukur bersih jenggot dan kumis serta rambut yang rapih. 

Sejak itu aku terus mencoba memelihara jenggot dan memanjangkan rambut. Kuliahku lancar untuk dua tahun kedepan, tetapi aku gampang emosi dan sering melihat muda-mudi berpasangan. Tahun 2016 sebagian teman-teman seangkatan lulus, namun aku mampu beradaptasi berteman dengan yunior yang gak kalah asyik. Di penghujung tahun 2017, aku KP (Kerja Praktek) dan untungnya teman seangkatanku kerja disana dan dosenku sebagai bosnya. Tahun 2018 adalah tahun pahit, aku tak lulus penulisan KP namun masih diberi kesempatan ikut TA (Tugas Akhir). Penulisan KP yang diulang memang lancar, namun penulisan TA tersendat. 

Hingga tepat ulang tahunku, ku cukur bersih jenggot dan rambut dipotong rapih. Salah satu dosen pembimbingku akhirnya melancarkan proses penulisan hingga ke bab favoritku “Proses Berkarya”. Secra tak terduga aku menyelesaikan TA dengan aneka keberuntungan, dengan komputer perpustakaan, bantuan teman, budget cukup, sampai Juli 2018, aku resmi lulus dari kampus. 

Desember 2018, aku mengikuti wisuda namun masih berjenggot dan berkumis walau rambut rapih. Sepanjang tahun 2019 aku memelihara jenggot. Di bulan Januari ijazah belum keluar hingga aku menerima dibulan Maret. Lagi-lagi aku mengalami gap year. Awal Oktober aku masih berjenggot dan nonton bioskop. Aku sangat ekspresif hingga orang-orang disampingku menjauh. Oktober pertengahan kucukur jenggot bersih dan mendapat momen indah menonton bioskop bersama keluarga. Lalu aku mulai berpikir soal mencari pekerjaan dan mulai berfikir logis. Selama jenggot kucukur rutin, aku terus mencari petunjuk soal lowongan pekerjaan serta banyak koneksi dari grup maupun teman dan dosen. Momen yang tak terduga, kakakku mendukung penuh aku mencari pekerjaan, ibuku bisnis katering kecil-kecilan. 

Awal November, aku menulis kisahku ini sebagai alasan aku menolak memelihara jenggot. Memang jenggot itu sunnah, bila tak dikerjakan ya tak apa-apa. Aku berhak mencukur bersih jenggot.