Pertama kali miara jenggot akhir tahun 2012. Jenggot model tengah, kuliahku
memang lancar walau mata kuliah penentu masuk mayor ngulang. Tanda-tanda
kesialan mulai terjadi seperti kehilangan sepupu, dan konflik keluarga. Awal tahun
2013 aku terus pelihara jenggot, dan aktif dalam kepanitiaan kampus. Kami
sempat pindah rumah dan ngontrak di tempat sempit. Aku sempat dapat saran dari
teman-teman untuk mencukur jenggot. Akhirnya aku mencukur jenggot dan mengalami
momen indah saat eskursi di Bali dan masih bisa mengambil mata kuliah mayor,
walau masih tinggal di kontrakan kecil. Aku sempat berfoto dengan dosen
kukagumi saat jenggot dicukur. Sungguh hoki yang tak terduga.
Aku lanjut memelihara jenggot, aku tinggal di kost-an dekat kampus pada
akhir 2013. Disana aku merasa sial. Malas kuliah, nilai mayor jeblok, terjebak
galau gak penting. Awal tahun 2014, aku tak lulus mata kuliah mayor dan harus
cuti pula. Sepanjang 2014 aku mengalami gap year serta jenggot yang
menggantung. Kami pindah ke kontrakan lebih baik di daerah Ciledug sejak akhir
2013, saat itu aku memilih ngekost aja dekat kampus. Hingga pertengahan 2014,
aku kembali kerumah semula sejak dua tahun lalu. Awal 2015 aku mencukur bersih
jenggot dan kumis serta rambut yang rapih.
Sejak itu aku terus mencoba memelihara jenggot dan memanjangkan rambut. Kuliahku
lancar untuk dua tahun kedepan, tetapi aku gampang emosi dan sering melihat
muda-mudi berpasangan. Tahun 2016 sebagian teman-teman seangkatan lulus, namun
aku mampu beradaptasi berteman dengan yunior yang gak kalah asyik. Di penghujung
tahun 2017, aku KP (Kerja Praktek) dan untungnya teman seangkatanku kerja
disana dan dosenku sebagai bosnya. Tahun 2018 adalah tahun pahit, aku tak lulus
penulisan KP namun masih diberi kesempatan ikut TA (Tugas Akhir). Penulisan KP
yang diulang memang lancar, namun penulisan TA tersendat.
Hingga tepat ulang tahunku, ku cukur bersih jenggot dan rambut dipotong
rapih. Salah satu dosen pembimbingku akhirnya melancarkan proses penulisan
hingga ke bab favoritku “Proses Berkarya”. Secra tak terduga aku menyelesaikan TA
dengan aneka keberuntungan, dengan komputer perpustakaan, bantuan teman, budget
cukup, sampai Juli 2018, aku resmi lulus dari kampus.
Desember 2018, aku mengikuti wisuda namun masih berjenggot dan berkumis
walau rambut rapih. Sepanjang tahun 2019 aku memelihara jenggot. Di bulan
Januari ijazah belum keluar hingga aku menerima dibulan Maret. Lagi-lagi aku
mengalami gap year. Awal Oktober aku masih berjenggot dan nonton bioskop. Aku sangat
ekspresif hingga orang-orang disampingku menjauh. Oktober pertengahan kucukur
jenggot bersih dan mendapat momen indah menonton bioskop bersama keluarga. Lalu
aku mulai berpikir soal mencari pekerjaan dan mulai berfikir logis. Selama jenggot
kucukur rutin, aku terus mencari petunjuk soal lowongan pekerjaan serta banyak
koneksi dari grup maupun teman dan dosen. Momen yang tak terduga, kakakku
mendukung penuh aku mencari pekerjaan, ibuku bisnis katering kecil-kecilan.
Awal November, aku menulis kisahku ini sebagai alasan aku menolak
memelihara jenggot. Memang jenggot itu sunnah, bila tak dikerjakan ya tak
apa-apa. Aku berhak mencukur bersih jenggot.